Kementerian-kementerian tersebut juga dilengkapi oleh fungsi wakil menteri yang berasal dari kalangan profesional dan partai politik. Bahkan, ada beberapa Kementerian yang wakil menterinya lebih dari satu seperti Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan yang masing-masing memiliki tiga wamen. Total ada 24 wamen dari kementerian sektor ekonomi.
Komposisi jumlah menteri dan wamen ini sudah barang tentu telah dipertimbangkan secara matang oleh Presiden Prabowo beserta timnya. Terlepas dari upaya untuk mengakomodasi kepentingan parpol, juga kemungkinan mengacu kepada target pemerintahannya yang menginginkan pertumbuhan ekonomi 8 persen. Target yang sangat ambisius, mengingat dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi domestik hanya di kisaran 5 persen.
Target lain yang juga disampaikan adalah terkait swasembada energi dan pangan. Bahkan, untuk target swasembada pangan dicanangkan dapat terpenuhi dalam waktu 4-5 tahun ke depan. Di sektor energi, target swasembada juga tidak terbilang ringan. Apalagi jika melihat jumlah lifting minyak bumi Indonesia yang setiap tahunnya cenderung menurun. Pada APBN 2025 saja, lifting minyak hanya dipatok 605 ribu barel per hari. Jauh di bawah lifting tahun-tahun sebelumnya.
Sekadar informasi, lifting minyak bumi menjadi salah satu acuan untuk pemenuhan kebutuhan energi dalam hal ini Bahan Bakar Minyak (BBM) di pasar domestik. Dengan jumlah lifting minyak di kisaran 600 ribuan barel per hari, ini menggambarkan masih diperlukan pasokan minyak dari luar negeri untuk memenuhi BBM domestik yang setiap harinya mencapai lebih dari 1,5 juta barel per hari. Sehingga, swasembada energi yang dimaksud sangat jelas masih menjadi tantangan besar bagi Presiden Prabowo dan jajarannya.
Di sektor pangan, tantangannya juga terbilang besar. Terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok seperti beras. Asal tahu saja, pada 2023 untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri Indonesia harus mengimpor sebanyak 3,06 juta ton beras. Sedangkan pada periode Januari-September 2024, angka impor beras sebesar 3,2 juta ton. Impor juga dilakukan untuk komoditas lain seperti gula pasir, jagung, daging sapi, susu, hingga bawang putih.