Rata-rata mereka (pelaku UMKM, Red) sudah familiar dengan gadget, tapi mereka belum familiar dengan produk keuangan digital. Dan kemudian mereka itu sebenarnya sadar sesadar-sadarnya bahwa cashflow mereka tidak stabil. Oleh karena itu, mereka lebih memilih berhubungan dengan institusi keuangan yang kira-kira istilahnya adalah locally embidded. Jadi institusi keuangan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari komunitas lokal.
Alhamdulillah BRI, Pegadaian, dan PNM sudah dipersepsikan seperti itu. Maka persoalannya adalah ketika kita sentuh secara manual, maka high cost. Jadi operational cost-nya tinggi, operational reach-nya tinggi.
Tapi apakah otomatis akan terselesaikan masalah itu kalau sudah di-digitalkan? Tidak juga, karena belum begitu familiar juga dengan produk-produk digital, maka dengan itulah BRI hadir. BRI group dengan konsep agen, di mana agen ini adalah hybrid sebenarnya. Jadi, business process internal digital, cepat. Tapi approach pada nasabah itu tetap menggunakan human touching, itu sukses kita membangun agen BRIlink."
(TYO)