IDXChannel - Indonesia berpeluang mengembangkan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) di beberapa pertambangan. Saat ini teknologi CCUS akan diterapkan dalam 15 proyek pertambangan yang mulai berproduksi (onstream) sebelum 2030 untuk menekan emisi karbon.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan dari seluruh proyek tersebut, proyek EGR/ CCUS Tangguh yang dikelola BP Berau Ltd paling maju dibandingkan proyek lainnya dan ditargetkan onstream pada 2026 dengan potensi CO2 sebanyak 25–32 juta ton selama 10 tahun.
“Tangguh ini merupakan salah satu proyek CCUS terbesar di dunia, investasinya besar. Kita bangga dengan ini karena berani menyelenggarakan teknologi CCUS,” kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, di Jakarta, dikutip Kamis (20/10/2022).
Potensi penyimpanan CO2 di Indonesia sekitar 2 giga ton CO2 yang tersebar di berbagai wilayah di Tanah Air. Seperti di Sulawesi yang bekerja sama dengan Jepang, di Kalimantan di mana Pertamina menggandeng ExxonMobil, serta Lapangan Sukowati yang merupakan kerja sama Pertamina dengan Jepang.
Selain berkontribusi untuk mitigas perubahan iklim, teknologi CCS/CCUS juga mendukung peningkatan produksi migas, terutama untuk mencapai target produksi migas tahun 2030.
Adapun CCS/CCUS merupakan teknologi penangkapan, utilisasi, dan penyimpanan karbon atau carbon capture, utilization and storage.
Sebagaimana diketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengungkapkan, ada 14 proyek Carbon Capture and Storage (CCS)/Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) di Indonesia yang masih dalam tahap studi/persiapan. Adapun sebagian besar ditargetkan on-stream sebelum 2030.
Arifin menegaskan, pemerintah Indonesia menggarisbawahi pentingnya mengatasi iklim tantangan perubahan, dan mempromosikan pembangunan hijau dalam transisi energi menuju Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat.
“Mencapai keseimbangan antara peningkatan produksi minyak dan gas dan target emisi karbon, kita harus mempromosikan teknologi rendah emisi dan inovasi, misalnya melalui penerapan CCUS,” jelasnya.
Arifin memaparkan, salah satu proyek menjanjikan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat adalah Tangguh Enhanced Gas Recovery (EGR) dan CCUS. Proyek ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sekitar 25 juta ton CO2 hingga tahun 2035 serta meningkatkan produksi hingga 300 BSCF hingga 2035. Tangguh EGR/CCUS dapat menjadi role model pengembangan gas di Indonesia ke depan.
Saat ini, Pemerintah sedang menyusun Peraturan Menteri tentang CCS/CCUS. Pada langkah pertama, fokus utama adalah mengatur CCS/CCUS untuk Enhanced Oil Recovery, Enhanced Gas Recovery atau Enhanced Coal Bed Methane di wilayah kerja migas.
"Kami masih memfinalisasi draf dan peraturan ini menjadi salah satu prioritas kami,” terangnya.
Arifin menyatakan, pemerintah telah menetapkan roadmap pembangunan migas non-konvensional Indonesia pada tahun 2030 melalui beberapa langkah, yakni perbaikan tata kelola dan potensi inventarisasi; pengujian produktivitas; komersialisasi dan eksploitasi; optimalisasi produksi; dan pengembangan produksi.
(DES)