"Kita berupaya semaksimal mungkin untuk mematuhi prokes) protokol kesehatan, saya pakai jamu tradisional, ya beras kencur itu saja, madu mungkin untuk jaga kesehatan," ucapnya.
Namun diakuinya hal itu belum menjadi jaminan ia dan tim sehat, bahkan disebutnya dua anggota tim telah terpapar Covid-19, bahkan satu orang di antaranya meninggal dunia empat bulan lalu. "Tim saya meninggal dunia 4 bulan lalu dan satu orang menjalani perawatan di RSSA, pokoknya kalau drop kita istirahatkan saja," ungkapnya.
Meski demikian semangat Taqroni dan tim pengubur jenazah Covid-19 tak pernah kendor. Ada rasa iba kepada para keluarga korban Covid-19 yang menanti kedatangan sanak keluarganya yang akan dimakamkan.
Hal ini pula yang membuat semangat anggota tim pemakaman jenazah Covid-19 kembali tinggi meski dalam sehari satu tim bisa memakamkan jenazah hingga lebih dari 10 kali pemakaman.
"Capek itu pasti, kalau capek tidak bisa dihindari ya merasa capek. Cuma tidak mungkin (menghindar), tugas ini kita tinggalkan. Cuma semangat dari kemanusiaan ini yang teman-teman membuat menghilangkan rasa capek dan lelah, lihat sedihnya menunggu di makam keluarga, ini menjadi seakan-akan harus segera dilaksanakan dan semangat itu muncul lagi mengalahkan rasa capek," papar dia. (TYO)