IDXChannel - Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti, menyatakan pihaknya belum tentu menaikkan iuran kepesertaan pada 2025. Hal itu menanggapi adanya potensi defisit hingga Rp11 triliun.
Lebih lanjut, Ghufron, mengatakan pihaknya akan melakukan perhitungan terlebih dahulu terkait iuran kepesertaan sebagai langkah antisipasi dan mitigasi.
"Tahun 2025 akan kita pikirkan dan akan kita hitung kita antisipasi, kita lakukan mitigasi belum tentu naik, belum tentu naik," kata Ghufron kepada awak media di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Senin (2/9/2023).
Meskipun nantinya dilakukan penghitungan, namun belum tentu iuran akan naik. "Apa terus langsung naik kan belum tentu juga," ucapnya.
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) sebelumnya menyatakan tengah mempertimbangkan untuk menaikkan iuran BPJS Kesehatan pada Juli 2025. Anggota DJSN Muttaqien menyebut berdasarkan kajian yang dilakukan oleh DJSN, BPJS Kesehatan berpotensi mengalami defisit Rp11 triliun pada 2025 apabila nominal iuran tidak naik.
"Sebelum itu tentu kita perlu lakukan persiapan sebelum betul-betul defisit tidak seperti yang sebelumnya. Juli 2025 (penyesuaian iuran)," kata Muttaqien saat ditemui di Kantor Pusat BPJS Kesehatan beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan, berdasarkan perhitungannya, dengan nominal iuran BPJS yang sekarang diterapkan dan aset neto yang ada, hingga tahun 2024 dipastikan dalam kondisi aman. Aset neto dana jaminan sosial (DJS) kesehatan di tahun 2022 mencapai Rp56,51 triliun, naik dari tahun sebelumnya yang hanya 38,76 triliun.
"Sampai 2023 masih aman. Dengan iuran BPJS yang sekarang terkumpul dan aset neto yang ada, itu masih aman, tidak perlu kenaikan. Di tahun 2024, kita kaji masih aman, tidak perlu kenaikan," tuturnya.
"Tapi kami itung lagi kalau kira-kira sampai 2024 aman, kapan perlu naik? Kami hitung lagi, sekitar 1 Juli atau Agustus 2025," katanya.
(FRI)