Berkaca dari hal tersebut, Sri mengatakan pemerintah memperhitungkan situasi ketidakpastian itu dalam membuat perencanaan 2023. Jika berbicara hanya murni dari sisi keuangan dan ekonomi, barangkali kalibrasi modelnya relatif lebih sederhana.
"Saya meyakini Pak Bahlil, sekretaris badan, bahkan semua teman-teman yang duduk di sini adalah orang yang sangat pintar. Kalau hanya faktor ekonomi dan finansial, saya yakin teman-teman akan membuat sebuah modelling yang sangat relatively sederhana dan predictable. Mungkin yang disebut margin of error-nya kita bisa," ucap Sri.
Dia pun melanjutkan, "Anda bikin model dengan seluruh data historis membuat proyeksi, tiba-tiba proyeksi Anda ditekuk atau dijomplangkan oleh keputusan geopolitik. Itu yang terjadi kalau Ukraina menyebabkan tadi harga komoditas melonjak sangat tinggi. Harga minyak yang harusnya turun, melonjak sangat tinggi. Harga batu bara yang harusnya pada saatnya orang membicarakan perubahan iklim, akan melakukan pemensiunan batu bara, malah melonjak luar biasa tinggi."
Dia pun meyakini hal itu tidak tertangkap oleh model apapun yang dilakukan Bappenas, maupun di Kementerian Keuangan.
"Ketidakpastian inilah yang harus kita perhitungkan di dalam merencanakan apa yang harus kita lakukan, untuk bahkan tahun ini sedang berjalan, dan tahun ini sebagai baseline untuk tahun depan membuat perencanaan. Jadi kalau tahun ini saja kita harus memperhatikan ketidakpastian tadi, pada saat yang sama, kita harus merencanakan tahun 2024," jelas Sri.
(FRI)