Rilis S&P Global PMI terkait PMI ASEAN menyatakan bahwa kondisi industri manufaktur ASEAN telah mengalami percepatan perbaikan dalam 1 tahun terakhir pada bulan September 2022. Perusahaan menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam output produksi, order baru, aktivitas pembelian dan juga peningkatan ketenagakerjaan. Hal ini menunjukkan kepercayaan bisnis di wilayah ASEAN solid dan kuat. Rilis tersebut juga mengatakan bahwa perbaikan di sektor manufaktur untuk wilayah ASEAN telah terjadi untuk 12 bulan terakhir, konsisten secara berturut-turut dan berkesinambungan. Ini merupakan angka pertumbuhan tercepat sejak Oktober 2021, dan secara keseluruhan ekspansi manufaktur tercatat solid.
Selain rilis data PMI oleh S&P, hari ini dari BPS juga merilis data realisasi inflasi Indonesia pada September yang tercatat sebesar 5,95% (YoY), masih cukup terkendali dibandingkan inflasi di berbagai negara yang relatif tinggi. Angka realisasi September ini juga lebih rendah dibandingkan perkiraan awal maupun konsensus Bloomberg yang sebesar 6,00% (YoY). Masih terkendalinya inflasi September ditopang oleh deflasi harga pangan bergejolak (Volatile Food) sebesar -0,79% (MtM) berkat extra effort yang dilakukan Pemerintah seperti gerakan tanam pangan, operasi pasar dan subsidi ongkos angkut.
“Secara bulanan, inflasi September terutama disumbang oleh kenaikan harga bensin, tarif angkutan, dan solar. Namun demikian, tekanan inflasi masih bisa tertahan oleh penurunan harga aneka komoditas hortikultura seperti bawang merah dan aneka cabai”, ungkap Airlangga.
Secara bulanan inflasi September 2022 sebesar 1,17% (MtM) merupakan tertinggi sejak Desember 2014 sebesar 2,46% (MtM), di mana pada saat itu inflasi juga didorong dari penyesuaian harga bensin dan solar yang dilakukan pada 17 November 2014.
Berdasarkan komponen, inflasi harga diatur pemerintah (Administered Prices) mengalami inflasi sebesar 6,18% (MtM) sehingga inflasi tahun kalendernya mencapai 11,99% (YtD) dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 13,28% (YoY). Bensin memberikan andil sebesar 0,89% sementara solar memberikan andil 0,03%. Penyesuaian harga BBM tersebut juga mendorong adanya kenaikan harga pada berbagai tarif angkutan seperti tarif angkutan dalam kota (andil inflasi 0,09%), tarif angkutan antar kota (andil inflasi 0,03%), tarif angkutan roda 2 online (andil inflasi 0,02%) dan tarif angkutan roda 4 online (andil inflasi 0,01%).