Yayan menjelaskan, kestabilan pasokan BBM dan LPG sangat penting untuk menggerakkan roda perekonomian lokal, baik sektor-sektor industri manufaktur, transportasi, UMKM, maupun ekonomi rumah tangga.
Di lain pihak, stabilitas sektor industri hingga rumah tangga selanjutnya akan memicu akselerasi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
"Dari data aliran input dan output ekonomi yang diterbitkan BPS, bisa kita simulasikan, bahwa untuk mengejar pertumbuhan delapan persen pada 2026 dengan skenario Net Zero Emission 2060, maka Indonesia membutuhkan investasi 2,7 kali lipat dari 2016 sebagai patokan," ujar Yayan.
Jika kemudian perhitungan tersebut diturunkan ke sektor energi, dikatakan Yayan, maka untuk mencapai target delapan persen pada 2026, maka dibutuhkan tambahan pembangkit gas 1,82 kali, tambahan geotermal 1,25 kali, dan pembangkit diesel 0,5 kali lipat dari 2016.
"Target ini, membutuhkan penyangga yang kuat berupa logistik energi yang andal dan efisien, seperti yang telah dijalankan PIS selama ini," ujar Yayan.