“Kami dari DPRD berharap agar harga beras itu tidak naik. Jadi benar-benar dikendalikan. Jangan sampai ada penimbunan. Jangan sampai harga dikendalikan oleh mafia seperti yang disinggung Dirut Bulog kemarin,” ujar Yani.
Merespons hal itu, Direktur Utama (Dirut) PT Food Station, Pamrihadi Wiraryo memastikan stok beras di gudang perusahaan, dan di pasar cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat Ramadan. Ia menjamin ketersediaan stok tersebut lantaran karakter saat bulan Ramadan tidak ada peningkatan permintaan yang signifikan dari pasar lantaran mayoritas masyarakat sedang berpuasa.
“Kalau harga beras di DKI relatif terkendali di angka Rp10.175per kilogram kemarin. Untuk beras jenis IR 64 atau beras medium sudah turun Rp200 dibanding dua minggu lalu Rp 10.375. Kalau kita simak di beberapa daerah malah harganya sudah di atas Rp12.000 sampai Rp13.000. Jadi di Jakarta ini relatif terkendali,” ucapnya.
Pamrihadi menyebut stok beras di gudang pasar beras induk Cipinang lebih dari 15 ribu ton, sementara stok di gudang milik PT Food Station sebanyak 6.000 ton dan di gudang Bulog mempunyai stok beras sebanyak 40 ribu ton. Jumlahnya akan semakin bertambah saat musim panen tiba di akhir bulan Februari ini.
Terkait penimbunan beras dan adanya mafia, dia menjelaskan Food Station bisnisnya memang gudang bahan pokok. Tetapi bukan menimbun beras, namun untuk stok cadangan bagi masyarakat DKI Jakarta.
“Kita umumkan di website jadi siapa pun bisa akses. Apakah ada mafia? Sepanjang saya jadi Dirut di PT Food Station, saya tidak menemukan adanya mafia,” pungkas Pamrihadi.
(FRI)