IDXChannel—Apa itu double dip recession? Double dip recession mengacu pada kondisi di mana resesi diikuti oleh perbaikan dalam jangka pendek, dan kemudian diikuti dengan resesi lagi. Secara sederhana, dua resesi dengan jeda perbaikan kondisi yang singkat.
Dilansir dari Investopedia.com (3/11), salah satu indikator yang terlihat jelas dalam double dip recession adalah produk domestik bruto yang tercatat tumbuh negatif lagi setelah beberapa kuartal mencetak pertumbuhan positif.
Jika dijelaskan dengan contoh, double dip recession terjadi ketika perekonomian yang sudah memasuki resesi tengah menggeliat kembali menuju perbaikan, namun terjadi sesuatu dalam perjalanannya, sehingga perbaikan tersebut terhambat, dan malah membawa negara ke kondisi resesi yang baru.
Ada beragam faktor yang memicu kondisi double dip recession. Beberapa di antaranya adalah hantaman keras pada perekonomian, deflasi utang berjalan, dan kebijakan-kebijakan baru yang meningkatkan rigiditas (kekakuan) harga, atau merugikan sektor investasi, produksi, dan ketenagakerjaan.
Apa itu Double Dip Recession: Pendapat Pakar yang Berbeda
Meskipun banyak pakar ekonomi mendefinisikan fenomena ini, masih ada pula pihak tertentu yang enggan memberi label tertentu pada kondisi double dip recession. Dilansir dari Forbes, U.S. National Bureau of Economic Research (NBER) adalah salah satunya.
NBER memilih untuk tidak menggunakan istilah dan tidak pula mendefinisikan double dip recession, alih-alih, lembaga tersebut hanya menyebutnya sebagai dua kondisi resesi yang terpisah, atau malah menganggapnya sebagai satu kondisi resesi yang sama.
Sementara itu, Profesor Ekonomi University of California Oscar Jorda berpendapat bahwa double dip recession bergantung pada timing atau waktu ketika perbaikan ekonomi memisahkan dua resesi.
“Apa pun yang terjadi setelah enam bulan namun kurang dari setahun, saya akan menganggapnya double dip recession,” kata Oscar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Profesor Finansial Wharton School of the Universit of Pennsylvania Joao Gomes. Dia mengatakan bahwa istilah untuk melabeli fenomena tersebut tidaklah penting, sebab yang mesti digarisbawahi adalah mengapa fenomena tersebut bisa terjadi pada suatu negara.
“Ada negara yang lambat recovery, dan ada perekonomian yang memang lemah dan rapuh,” ujarnya.
Apa itu Double Dip Recession: Fenomena yang Jarang Terjadi
Double dip recession adalah kondisi yang jarang terjadi. Di Amerika Serikat contohnya, fenomena double dip recession terjadi terakhir kali pada 1980an. Saat itu, pemicunya adalah kebijakan yang dibuat oleh The Federal Reserve yang bukannya memacu perbaikan ekonomi, namun malah membawa Amerika ke ambang resesi lagi.
Pada 1980, perekonomian AS jatuh dalam resesi dan kondisi tersebut berlangsung selama enam bulan. Kemudian pada Juli 1980, AS kembali mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif dan kondisi itu berlangsung selama setahun.
Namun pada Juli 1981, perekonomian AS kembali jatuh pada resesi yang parah dan berlangsung selama 1,5 tahun. Double dip recession yang terjadi di AS saat itu juga memicu perekonomian Kanada untuk jatuh dalam fenomena yang sama.
Bagaimana double dip recession terjadi pada AS waktu itu? Pada akhir 1970an, pakar melihat jalan keluar dari inflasi tahunan, dan untuk menekan inflasi, pada 1979 The Fed mengubah kebijakan moneter yang menargetkan pasokan uang, alih-alih berfokus pada suku bunga acuan.
The Fed mengetatkan pasokan uang, yang akhirnya mengakibatkan kenaikan suku bunga. Sementara pada awal-awal 1980, perekonomian AS tengah membaik. Namun kebijakan itu menghambat proses perbaikan dan malah membawa AS ke resesi yang lebih parah.
Demikianlah ulasan singkat mengenai apa itu double dip recession. Kendati kini fenomena tersebut mulai kembali dibahas, namun kondisi tersebut tergolong jarang terjadi. (NKK)