"Jadi pilar di dalam makroekonomi itu neraca pembayaran, APBN, moneter, dan sektor riil-nya. Ini yang akan kita coba terus perbaiki untuk memasuki tahun 2023 yang makin sulit untuk diprediksi," ucap Sri.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa posisi APBN per 14 Desember 2022 dari sisi keseimbangan primer mengalami surplus Rp129 triliun. Namun, overall postur APBN 2022 sudah defisit sebesar Rp237,7 triliun.
"Defisit ini jauh lebih kecil dari yang diindikasikan atau direncanakan dari yang tertuang dalam Perpres 98 tahun 2022, atau semula Rp840,2 triliun," ucapnya.
Dia menilai, angka defisit ini jauh lebih kecil dari Perpres dan jauh lebih kecil dibandingkan defisit tahun lalu di posisi 14 Desember 2021 sebesar Rp617,4 triliun.
Secara persentase PDB, defisit APBN per 14 Desember 2022 adalah sebesar 1,22%. Tahun lalu, defisitnya 3,64% dari PDB. Total dari Perpres 98 tahun 2022 adalah 4,5% untuk indikasi defisitnya.