sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Apersi Usulkan Pemerintah Berikan KPR Khusus Korban Bencana Sumatera

Economics editor Dhera Arizona Pratiwi
19/12/2025 14:35 WIB
Apersi mengusulkan agar pemerintah memberikan program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bencana kepada korban banjir dan longsor di Sumatera.
Apersi Usulkan Pemerintah Berikan KPR Khusus Korban Bencana Sumatera. (Foto Istimewa)
Apersi Usulkan Pemerintah Berikan KPR Khusus Korban Bencana Sumatera. (Foto Istimewa)

IDXChannel – Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) mengusulkan agar pemerintah memberikan program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bencana kepada korban banjir dan longsor di Sumatera. Gagasan ini dengan tujuan untuk meringankan beban mereka yang kehilangan rumahnya.

"Kami mengusulkan adanya KPR Bencana, yakni sebuah program yang membantu para korban kembali memiliki tempat tinggal yang nyaman, sehat, dan aman," ujar Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Apersi Junaidi Abdillah kepada awak media di Jakarta, Jumat (19/12/2025).

Junaidi menerangkan, KPR Bencana diperuntukkan hanya untuk korban bencana yang fisik rumahnya 100 persen hilang atau hancur. Artinya, bukan renovasi, melainkan berupa bangunan baru.

Sehingga, program ini harus melibatkan pengembang berpengalaman dalam penataan pemukiman.

“Pemerintah membayarkan angsuran KPR, para korban tidak boleh dibebani untuk mencicil angsuran. KPR diberikan langsung ke korban bencana, sedangkan syaratnya jangan dipersulit seperti adanya penerapan SLIK,” kata Junaidi.

Menurutnya, angsuran KPR yang dibayarkan pemerintah itu pembiayaannya mirip program KPR berskema Subsidi Selisih Bunga (SSB). “Program ini lebih efesiensi dan efektif berpotensi meringankan fiskal negara,” katanya.

Maka dari itu, kata Junaidi, sektor perbankan juga harus melihat hal ini sebagai asas lex specialis karena situasinya dipicu oleh bencana alam.

“KPR Bencana juga akan melibatkan tenaga kerja lokal ketika proses pembangunan rumah, sehingga mendorong perputaran ekonomi setempat mengingat bahan baku rumah didatangkan dari daerah setempat,” ujar Junaidi.

Lebih lanjut kata Junaidi, keterlibatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga sangat terbuka. “Sehingga efek berganda (multipler effect) dari pembangunan rumah akan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi di daerah yang terkena bencana,” ujarnya.

Mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per 18 Desember 2025, bencana banjir dan longsor di Sumatera menelan korban meninggal dunia sebanyak 1.068 jiwa, sedangkan yang luka-luka mencapai 7 ribu orang. Belum lagi, 190 orang masih dinyatakan hilang.

Banjir longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025 juga menyebabkan 147.236 umah rusak. 

Lalu, merusak 1.600 fasilitas umum, 219 fasilitas kesehatan, 967 fasilitas pendidikan, 434 rumah ibadah, 290 gedung/kantor, serta merusak 145 jembatan.

“Apersi juga turut prihatin dan berduka, tapi kita juga harus berbuat sesuatu untuk masyarakat yang menjadi korban,” katanya.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement