Bahkan, Wahyu menyarankan kepada manajemen BUMN lainnya agar tidak lagi menggunakan window dressing dalam menyusun laporan perusahaan. Menurutnya, window dressing hanyalah hobi masa lalu dan sudah kuno saat ini.
"Teman BUMN lain bangganya minta ampun window dressing supaya tantiemnya besar, ini kampungan pak. Saya sudah beri masukan ke teman-teman, window dressing ini hobi masa lalu, sudah kuno sekarang," ungkapnya.
Kejadian berbeda, justru terjadi di perusahaan yang saat ini dia pimpin. Dia membeberkan, selama 18 tahun dia berkarir di BUMN, baru Asabri yang tidak menerbitkan laporan keuangan perusahaan pada 2017 lalu.
"Bapak bisa bayangkan BUMN keren begitu ndah ada laporannya. Saya cari itu tidak ada, ini direktur keuangan opo? Kira-kira begitu, ini yang terjadi Pak. Tapi saya bersyukur mendapat direktur keuangan yang profesional juga, beliau ini di Taspen di Garuda, dan Mandiri,"
"Saya dikenal di kementerian tukang usulkan Direktur berhenti, sudah kenyang Pak. Apalagi memberhentikan Sekper, walaupun itu kolonel atau jenderal, sikat aja tuh. Soalnya Pak Prabowo dan semua mendorong, 'Pak Wahyu yang nggak bener, nggak usah takut," lanjut dia.