Upaya ASEAN Mendorong Pembangunan Berkelanjutan
Perusahaan-perusahaan di ASEAN sedang membangun fasilitas energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon. Beberapa negara anggota ASEAN juga telah menggunakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) negara masing-masing untuk mempercepat integrasi energi terbarukan. Namun, potensi energi terbarukan di ASEAN masih perlu terus untuk didorong.
Indonesia misalnya, menargetkan untuk menambah kapasitas energi terbarukan sebesar 20,9 GW pada tahun 2030 dan mengharapkan 60% energinya berasal dari sumber terbarukan pada tahun 2060. Laos telah mencapai kemajuan dalam pengembangan tenaga listrik dan ekspor energi, yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut sebesar lebih dari 3%. Malaysia telah mengusulkan pembangunan tiga pulau energi hijau dan sedang menjelajahi sumber energi terbarukan dari laut. Pada tahun 2020, Malaysia memiliki 50 pembangkit listrik biogas yang memasok listrik ke jaringan nasional.
Brunei Darussalam berencana meningkatkan kapasitas energi terbarukan menjadi setidaknya 300 MW pada tahun 2035 melalui proyek kolaborasi. Di Kamboja, energi terbarukan saat ini memiliki pangsa pasar sebesar 40% dan bersumber dari tenaga air, tenaga surya, dan biomassa. Negara ini mendorong operator pariwisata untuk mengadopsi energi terbarukan. Thailand telah meluncurkan instalasi hibrida surya-hidro terapung terbesar di dunia dan berencana untuk menginstal tambahan 24 MW.
Singapura telah melakukan studi kelayakan bersama untuk energi terbarukan hibrida yang melibatkan sumber angin, surya, dan pasang surut. Filipina telah memulai lelang energi hijau untuk proyek energi terbarukan sebesar 2 GW, termasuk tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin. Vietnam bertujuan untuk meningkatkan proporsi energi terbarukan, termasuk tenaga air, angin, surya, dan biomassa, hingga mencapai 33% dari total listrik pada tahun 2030.
“ASEAN dan dalam hal ini secara khusus ASEAN-BAC, berkomitmen untuk mempercepat transisi menuju ekonomi nol emisi dengan mempromosikan energi terbarukan, efisiensi energi, dan pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Penerapan strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan mendorong penggunaan solusi inovatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam kegiatan bisnis di kawasan ASEAN sangat dianjurkan.” tegas Arsjad.