Nanan menuturkan, perselisihan antara penambang dan pengusaha smelter memang terus terjadi di Indonesia. Katanya, hulu pertambangan nikel dan industri hilir seperti smelter seringkali mengalmi perbedaan pendapat. Nantinya, dia berharap melalui indeks nikel di Indonesia ini bisa mengakomodasi seluruh kepentingan.
"Berantem awalnya tidak akur menentukan harganya, smelter mau murah, hulu mau mahal, tapi patokan saya negara harus untung, dan sekarang sudah akur karena tujuannya bukan hanya profit tapi negara dulu," tuturnya.
"Tapi negara dulu, jadi istilahnya negara adidaya masyarakat sejahtera, pengusaha bahagia," tukasnya. (NIA)