sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Atasi Krisis Iklim, Sri Mulyani Andalkan Pembiayaan Green Sukuk

Economics editor Michelle Natalia
27/11/2023 18:11 WIB
Menkeu, Sri Mulyani mengatakan, pengentasan masalah iklim memerlukan rencana pembiayaan yang konkret.
Atasi Krisis Iklim, Sri Mulyani Andalkan Pembiayaan Green Sukuk (Foto Instagram @smindrawati)
Atasi Krisis Iklim, Sri Mulyani Andalkan Pembiayaan Green Sukuk (Foto Instagram @smindrawati)

IDXChannel - Indonesia saat ini terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil dengan angka kemiskinan yang terus menurun. Namun, kini tantangan yang menjadi perhatian pemerintah adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan tanpa merusak bumi akibat isu perubahan iklim, geopolitik, hingga digitalisasi.

Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam acara “Climate Change and Indonesia’s Future: An Intergenerational Dialogue," di Jakarta, Senin (27/11/2023).

“So, climate change is a problem. How we all can work together, especially antar generasi ke generasi,” ucapnya. 

Sri Mulyani juga mengatakan, pengentasan masalah iklim memerlukan rencana pembiayaan yang konkret. Dalam hal ini, selain pembiayaan dari pemerintah pusat, belanja negara melalui pemerintah daerah juga memegang peran penting.

“Kita melakukan berbagai instrumen kebijakan dan motivasi kepada local government. Kita menggunakan instrumen seperti di Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik, Dana Bagi Hasil (DBH) dan berbagai instrumen untuk memotivasi daerah memainstreamkan climate change,” ungkapnya.

Untuk memenuhi hal itu, pemerintah tengah mengembangkan sejumlah instrumen fiskal dan keuangan untuk menangani perubahan iklim. Salah satunya dalam bentuk instrumen green bond yang dikombinasikan dengan Sukuk atau obligasi berbasis syariah.

Sejak 2018, Indonesia telah menerbitkan sejumlah USD5 miliar Sukuk Green Bond secara global. Sementara di dalam negeri, pemerintah juga memperkenalkan Sukuk ritel-domestic green yang penerbitannya mencapai Rp21,8 triliun. 

Sri Mulyani menjelaskan, berbagai instrumen tersebut terbukti sukses menurunkan emisi Indonesia.

"Peluncuran instrumen ini secara akuntabel menjelaskan instrumen green related dengan penurunan emisi. Total 5,7 juta ton Co2 pada 2018, 3,2 juta juta ton Co2 pada 2019, 1,4 juta ton Co2 pada 2020, dan 222.647 juta ton Co2 pada 2022. Ini semua tidak berdasarkan hitungan kita sendiri, tapi diaudit lembaga kredibel," jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga mengadakan kerja sama pendanaan terintegrasi yang mendukung pembangunan infrastruktur yang sejalan dengan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di Indonesia, yakni SDG Indonesia One.

Sementara upaya lainnya, Indonesia sudah mendapat dukungan keuangan dari sejumlah negara atau green climate fund (GCF) untuk melaksanakan berbagai proyek transisi energi. 

Berdasarkan data GCF Financial Instrument, terdapat total USD486 juta anggaran yang sudah masuk di Indonesia yang terbagi dalam 23% bersifat ekuitas, 26% bersifat dana pinjaman, dan 35% bersifat dana hibah.

“Untuk itu, kami akan terus bekerja sama dan membuka diri. Karena climate agenda without financing hanya akan menjadi agenda, hanya akan menjadi dream. Financing is one of the most critical element dari climate agenda,” tandas Sri Mulyani.

(FAY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement