Melansir dari The Guardian, Kamis (8/9/2022), Kemterian Keuangan Inggris mengatakan bahwa skema bantuan merupakan upaya terakhir yang dapat dilakukan. Bantun ini hanya tersedia bagi perusahaan yang terbukti dalam kondisi keuangan yang sehat. Untuk mendapatkan fasilitas itu, perusahaan harus mendaftar dengan melengkapi segala 'persyaratan yang lebih luas'.
Pada awal krisis energi, setidaknya terdapat 30 pemasok energi yang telah runtuh. Beberapa analis meyakini bahwa keruntuhan besar itu beresiko menelan biaya hingga lebih dari 4 miliar pound.
Skema bantuan Inggris ini langkah yang diambil mengikuti beberapa negara Eropa yang juga memberikan dukuang miliaran kepada para distributor energi.
Seperti negara Finlandia yang menjanjikan bantuan USD10 miliar bagi perusahaan energi, sementara negara Swedia turut memberikan bantuan yang sama sebanyak USD23 miliar.
Selain menggelontorkan bantuan tersebut, Perdana Menteri Liz Truss juga berjanji akan menulis ulang aturan pembelian listrik dan gas. Langkah itu dilakukan antara lainnya dengan melakukan peninjauan terhadap regulasi energi Inggris dan tinjauan terhadap terget nol bersih Inggris di tahun 2050 mendatang. (TSA)
Penulis: Ribka Christiana