"Sektor padat karya seperti pakaian jadi dan tekstil diperkirakan makin terpuruk. Sebagian besar brand internasional yang ada di Indonesia, punya pasar besar di AS. Begitu kena tarif yang lebih tinggi, brand itu akan turunkan jumlah order atau pemesanan ke pabrik Indonesia," katanya.
Dalam menghadapi tantangan ini, Bhima menekankan perlunya respons cepat dan strategis dari pemerintah. Pertama, negosiasi intensif dengan AS, seperti yang dilakukan Vietnam, sangat penting untuk melunakkan dampak tarif.
Kedua, pengisian posisi Duta Besar Indonesia di AS diperlukan untuk memfasilitasi dialog bilateral langsung dengan Gedung Putih.
Selain itu, perlindungan pasar domestik melalui revisi Permendag 8 Tahun 2024 menjadi mendesak untuk mencegah banjir impor.
Bank Indonesia (BI) juga diharapkan dapat memberikan stimulus moneter dengan menurunkan suku bunga acuan dan melakukan uji tekanan untuk mengantisipasi dampak resesi AS.