Menjaga Napas Batik Bali
Ditta Rachmawati, pemilik brand Netra Pockets Handmade, menjadi salah satu pelaku UMKM yang ambil bagian dalam ajang Bali Jagadhita 2025.
Ini adalah tahun ketiganya mengikuti event tahunan yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali tersebut.
Lewat berbagai produk seperti totebag dan topi, Ditta mengangkat batik khas Bali yang menurutnya masih kurang dikenal, bahkan di daerah asalnya sendiri.
"Di Bali, orang lebih familiar sama endek atau tenun. Saya ingin bantu mempopulerkan batik Bali yang punya motif dan karakter unik," ujarnya pada pameran UMKM Bali Jagadhita 2025 di Living World, Denpasar.
Diproduksi secara rumahan di Tabanan, Netra Pockets belum memiliki outlet fisik dan masih menjual produknya melalui ecommerce atau dititipkan pada pusat oleh-oleh. Namun, produknya sudah dikenal dan diminati pembeli mancanegara seperti Kanada, Amerika, hingga Melbourne.
"Bukan ekspor langsung. Tapi mereka biasanya pesan duluan sebelum datang ke Bali, atau titip lewat kolega yang datang ke Indonesia," ujarnya.
(Ditta Rachmawati, pemilik brand Netra Pockets Handmade/Inews Media Group)
Sebulan, dia bisa memproduksi sekitar 300–350 totebag dan 100 topi. Sekitar 80 persen konsumennya adalah turis asing, sehingga ketika pariwisata melambat, penjualannya ikut terdampak.
Menjadi UMKM binaan BI dan ikut serta pada event Bali Jagadhita, Ditta mendapat banyak pelatihan mulai dari desain produk, kemasan, bahan baku, hingga pemasaran digital. Dalam produksinya, Netra Pockets juga memperhatikan aspek keberlanjutan dengan sistem pengolahan limbah sendiri.
"Impact-nya cukup terasa. Orang jadi tahu brand saya, ambil kartu nama, memang nggak selalu langsung beli, tapi dari situ banyak juga pembeli baru datang dan hubungi lagi untuk repeat order," kata dia.
(NIA DEVIYANA)