Dari request-request itu, ternyata di negara-negara berkembang di luar Asia seperti di Amerika Selatan dan Afrika, dan juga negara-negara berkembang di Asia Tenggara seperti Vietnam, Laos, Myanmar, Malaysia, semuanya memiliki kesamaan yaitu banyak UMKM yang berangkat dari usaha mikro yang ingin naik kelas ke usaha kecil.
"Di situ, kita melihat belum ada solusi yang memang bisa mengisi kekosongan aplikasi pencatatan di Asia Tenggara utamanya, seperti bagaimana Qasir di Indonesia. Jadi dengan alasan itu, akhirnya Qasir memutuskan untuk membuka aplikasinya kepada users di Asia Tenggara sebagai langkah awal," ungkap Mike.
Jika semua berjalan dengan baik, Qasir bisa menjadi aplikasi pencatatan kebanggaan Indonesia untuk jadi startup. "Angan dan cita-citanya besar dari para founder Qasir, dan kesempatan yang kita lihat di tengah pandemi ini, masyarakat khususnya pelaku usaha mikro dan kecil, mereka membutuhkan solusi yang affordable dan lebih customizable sesuai usahanya masing-masing. Qasir hadir untuk itu," pungkas Mike. (NDA)