sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Batas Bawah Pajak Jasa Hiburan Spesial 40 Persen, DJPK: Demi Keadilan

Economics editor Anggie Ariesta
16/01/2024 18:18 WIB
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan memberikan penjelasan terkait pajak hiburan sebesar 40% sampai 75%.
Batas Bawah Pajak Jasa Hiburan Spesial 40 Persen, DJPK: Demi Keadilan. Foto: MNC Media.
Batas Bawah Pajak Jasa Hiburan Spesial 40 Persen, DJPK: Demi Keadilan. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan memberikan penjelasan terkait pajak hiburan sebesar 40% sampai 75%.

DJPK menerangkan hadirnya UU Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD) justru secara rata-rata menurunkan tarif pajak untuk kesenian dan hiburan.

Secara umum, mulanya dua sektor yang masuk dalam objek Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) punya tarif paling tinggi 35%. Hadirnya UU HKPD justru menurunkan tarif PBJT menjadi 10%.

Namun, untuk jasa hiburan tertentu seperti diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap/spa, per 5 Januari 2024 memiliki batas bawah sebesar 40%.

Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah DJPK Lydia Kurniawati Christyana menegaskan bahwa dengan ditetapkannya batas bawah 40%, lantaran orang yang mengonsumsinya merupakan kalangan tertentu.

"Kenapa kemudian perlu ditetapkan batas bawah? semoga media sepakat bahwa untuk jasa hiburan spesial itu pasti dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, jadi untuk yang jasa tertentu tadi dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, bukan masyarakat kebanyakan," jelas Lidya dalam Media Briefing Pajak Hiburan, Selasa (16/1/2024).

Menurut Lidya, oleh karena itu, untuk mempertimbangkan rasa keadilan, dirasa perlu untuk menetapkan tarif batas bawah.

Untuk menetapkan batas bawah 40%, Lidya menegaskan dalam merumuskan UU, bukan pemerintah sendiri yang memutuskan.

"Jadi dalam penetapan tarif ini pemerintah bersama DPR itu telah mempertimbangkan berbagai masukan dari berbagai pihak, dan juga melihat praktik-praktik pungutan yang telah terjadi di lapangan," tegasnya.

Halaman : 1 2
Berita Rekomendasi

Berita Terkait
Advertisement
Advertisement