Sedangkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 4%, bisa tercapai dengan asumsi nilai tukar Rp18 ribu/USD dengan harga minyak USD120 per barel. Sehingga menurutnya perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh positif meski adanya acaman ekonomi global.
"Artinya apa, masih tumbuh, cuma tidak 5%. Kalau misalkan hargai minyak naik menjadi USD130 per barel, maka juga akan turun 0,7% jadi artinya kalau dari 5% maka pertumbuhan ekonomi jadi 4,3%," sambungnya.
Sebelumnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023 berada di atas 5%. Angka pertumbuhan tersebut berdasarkan pada pertimbangan dinamika perekonomian nasional terkini, agenda pembangunan yang akan dicapai, serta potensi risiko dan tantangan yang dihadapi.
"Cuma kita khawatirkan, itu kan secara fundamental, kalau di Market itu yang kita khawatirkan spekulatif attack nya sih, kemudian itu bisa menghancurkan fundamental yang resilient tadi. Jadi yang tumbuh itu kan di sektor rill, tetapi sektor keuangan itu karakteristik berbeda," pungkas Telisa. (NIA)