sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Begini Nasib Pertumbuhan Ekonomi RI Jika Dolar terus Menguat

Economics editor Iqbal Dwi Purnama
06/11/2023 14:06 WIB
Salah satu dampak terhadap kondisi ekonomi Indonesia adalah nilai tukar yang melemah hingga kenaikkan harga minyak dunia.
Begini Nasib Pertumbuhan Ekonomi RI Jika Dolar terus Menguat. Foto: MNC Media.
Begini Nasib Pertumbuhan Ekonomi RI Jika Dolar terus Menguat. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Hasil stress test yang dilakukan oleh akademisi perekonomian Indonesia memproyeksikan ekonomi RI masih mampu tumbuh positif hingga akhir tahun di tengah sentimen pelemahan ekonomi global.

Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), Telisa Falianty, mengatakan konflik perang yang belakangan terjadi baik invasi Rusia ke Ukraina hingga konflik Israel-Palestina bakal memberikan ancaman buruk terhadap perekonomian global. 

Salah satu dampak terhadap kondisi ekonomi Indonesia adalah nilai tukar yang melemah hingga kenaikkan harga minyak dunia.

Namun, hasil stress test setidaknya menunjukkan perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh positif di angka 3% hingga batas asumsi nilai rupiah Rp20 ribu per USD dengan asumsi harga minyak melesat USD150 per barel.

"Kalau rupiahnya ke Rp20 ribu/USD, minyak USD150 per barel, itu memang turun tapi kita masih bisa tetap tumbuh di angka 3%, jadi Indonesia masih tetap tumbuh positif," ujar Telisa dalam Market Review IDXChannel, Senin (6/11/2023).

Sedangkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 4%, bisa tercapai dengan asumsi nilai tukar Rp18 ribu/USD dengan harga minyak USD120 per barel. Sehingga menurutnya perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh positif meski adanya acaman ekonomi global.

"Artinya apa, masih tumbuh, cuma tidak 5%. Kalau misalkan hargai minyak naik menjadi USD130 per barel, maka juga akan turun 0,7% jadi artinya kalau dari 5% maka pertumbuhan ekonomi jadi 4,3%," sambungnya.

Sebelumnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023 berada di atas 5%. Angka pertumbuhan tersebut berdasarkan pada pertimbangan dinamika perekonomian nasional terkini, agenda pembangunan yang akan dicapai, serta potensi risiko dan tantangan yang dihadapi.

"Cuma kita khawatirkan, itu kan secara fundamental, kalau di Market itu yang kita khawatirkan spekulatif attack nya sih, kemudian itu bisa menghancurkan fundamental yang resilient tadi. Jadi yang tumbuh itu kan di sektor rill, tetapi sektor keuangan itu karakteristik berbeda," pungkas Telisa. (NIA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement