Sayangnya, Indonesia menghadapi kekurangan serius tenaga pemulia tanaman. Idealnya satu pemulia melayani sekitar 3.000 petani.
“Dengan 30 juta petani, kita butuh sekitar 10 ribu pemulia. Saat ini yang terdaftar resmi di PERIPI hanya sekitar 1.000 orang, dan yang aktif benar-benar melakukan pemuliaan mungkin hanya seperempatnya,” ujar Syukur.
Kondisi ini, menurutnya, disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya, persepsi generasi muda terhadap bidang ini cenderung negatif yaitu dianggap sulit, membutuhkan waktu panjang, dan tidak menawarkan insentif menarik. Pemulia tanaman memang harus kuat di lapangan, punya dasar ilmu genetika dan statistik, dan yang penting idealisme tinggi. Sayangnya, insentif dan penghargaan bagi pemulia belum sepadan dengan kontribusinya.
"Untuk mempercepat kemajuan, pemerintah perlu membuka kembali formasi dosen pemulia, membuka program studi S1 untuk pemulia tanaman, serta memperluas kesempatan magang di industri benih agar lulusan siap kerja,” kata dia.
Selain itu, pemberian insentif kepada pemulia tanaman oleh pemerintah dan juga non pemerintah seperti Indonesian Breeder Award (IBA 2025) dapat mendorong semangat para pemulia untuk menghasilkan karya-karyanya. IBA 2025 yang akan digelar November 2025 adalah ajang pemberian penghargaan kepada individu atau lembaga yang melakukan pengembangan inovasi, varietas, teknologi pemuliaan atau sumber daya genetik yang berdampak luas bagi pertanian, petani dan ketahanan pangan nasional.