“Setau kami untuk program 3T yang di rumah sakit pemerintah itu sudah program pemerintah, gratis. Tapi yang masalahnya sekarang pemerintah mau meluaskan lagi jadi kepada masyarakat umum, yaitu dengan pengguna transportasi udara bahkan nanti ke moda transportasi lain. Mungkin kita bisa bedah dari dana Rp700 triliun itu, dana kesehatan sendiri kalau tidak salah Ibu Sri Mulyani bilang ada sekitar Rp490 triliun, itu nanti tinggal dibedah tergantung prioritasnya sih,” lanjutnya.
Sementara itu, meski ia sebagai pelaku bisnis usaha alat kesehatan dan laboratorium, menurut Randi sebetulnya tidak ada urgensi untuk tes PCR pada penumpang pesawat, karena persentase penularannya sangat sedikit.
“Saya sebenarnya sepakat dengan analisa epidemolog Griffith University, dr. Dicky Budiman. Kalau kita lihat prioritas urgensi PCR di pesawat itu jadi enggak ada ya, karena secara data ilmiahnya penularannya sangat sedikit dan sekarang juga kasus kan menurun. Jangan-jangan kita harus lihat juga selama kasus tinggi kemaren yang sampai 50ribu, dengan antigen menurunkan kasus tuh. Mengapa tidak diteruskan dengan antigen, jangan-jangan dengan antigen sebetulnya sudah cukup dibandingkan PCR,” tutup Randi. (TYO)