"Akhirnya terjadilah disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite karena di Pertashop itu hanha menjual produk Pertamax dan Dexlite," ujarnya saat audiensi dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (10/7/2023)
Gunadi menuturkan, dengan adanya disparitas harga itu, maka omzet pengusaha Pertashop di Jawa Tengah dan DIY mengalami penurunan drastis hingga 90%. Bahkan, dia menyebutkan, ada 201 dari 448 Pertashop di Jateng dan DIY yang merugi.
"Pertashop yang tutup juga merasa terancam untuk disita asetnya karena tidak sanggup untuk angsuran bulanan ke bank yang bersangkutan," jelasnya.
Lebih lanjut Gunadi menilai, dengan adanya disparitas harga inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak lain.
"Di sini kami menyoroti penjualan Pertalite di pengecer atau Pertamini," tegasnya.
Gunadi mengungkapkan, adanya Pertamini atau pengecer itu selain mengganggu bisnis Pertashop di desa-desa, juga bisa mendapatkan margin yang lebih besar karena adanya diparitas harga yang bgitu tinggi.
"Berapa margin dari Pengecer? Bisa 2.000-2.500 per liter. Jadi pengecer tidak punya kewajiban seperti layaknya lembaga penyalur yang legal seperti Pertashop, sedangkan Pertashop yang legal marginnya cuman Rp850 per liter. Dapat untung lebih kecil tapi semua kewajiban resmi seperti pajak dan pungutan legal lain tetap jadi kewajiban kami," paparnya.