IDXChannel - Vaksin AstraZeneca yang diproduksi di Inggris memiliki efek samping pembekuan darah. Temuan tersebut membuat sejumlah negara menunda sementara penggunaan vaksin tersebut.
Ada 15 negara di Eropa mengeluarkan pernyataan untuk menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca setelah diketahui adanya laporan kejadian pembekuan darah (blood clot cases) termasuk 2 kasus fatal di Austria dan Denmark pascapenyuntikan.
Negara-negara itu mengeluarkan kebijakan menunda sementara sebagai tindakan kehati-hatian selama proses investigasi menyeluruh terhadap vaksin AstraZeneca, termasuk Indonesia.
Meski begitu, izin penggunaan kondisi darurat atau Emergency Use Authorization tidak dicabut.
Di sisi lain, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia dalam laporan terbarunya mengatakan bahwa efek samping dari vaksin AstraZeneca memang banyak dilaporkan, namun sifatnya ringan.
"Dari hasil uji klinik yang dilakukan pada 23.745 subjek di Inggris, Brasil dan Afrika Selatan, diketahui bahwa data keamanan berupa efek samping sifatnya ringan sampai sedang, berupa reaksi lokal dan sistemik, juga tidak ada efek samping yang sifatnya serius dan terkait dengan gangguan pembekuan darah," lapor BPOM dalam keterangan resmi yang diterima MNC Portal Indonesia, Rabu (17/3/2021).
Secara umum manfaat vaksin Covid-19 AstraZeneca lebih besar dari risikonya.
Hal ini sejalan dengan apa yang sudah disampaikan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya yaitu vaksin AstraZeneca tidak berbahaya dan sebaiknya diteruskan penggunaannya.
"Tidak ditemukan kaitan secara langsung antara pemberian vaksin AstraZeneca dengan peningkatan risiko pembekuan darah," tegas jubir WHO, Margaret Harris.
Harris melanjutkan, karena itu pemberian vaksin AstraZeneca sebaiknya dilanjutkan. "Karena vaksin itu adalah vaksin yang sangat sempurna," ucap dia.
WHO tengah menyelidiki laporan terkait efek samping vaksin AstraZeneca tersebut. "Namun, kami dapat katakan bahwa tidak ada hubungan sebab-akibat yang ditemukan antara pemberian vaksin AstraZeneca dengan masalah kesehatan yang banyak dilaporkan," ungkap Harris.
(Sandy)