Bob mencontohkan kondisi ketenagakerjaan di Malaysia, di mana jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia relatif cukup banyak dibanding calon tenaga kerja yang ada.
"Kalau di Malaysia, justru pencari kerja yang menginterview kita (perusahaan), bisa bayar gaji berapa, dapat fasilitas apa saja dan sebagainya. Jadi memang, sekali lagi, yang perlu (dilakukan) adalah lowongan pekerjaannya yang diperbanyak," ujar Bob.
Sementara, Bob juga menyoroti fenomena jumlah para pencari kerja di Indonesia yang pertumbuhannya cukup progresif, sedangkan secara kualitas dan kapabilitas kerja relatif masih 'jalan di tempat', setidaknya dalam 10 tahun terakhir.
Kondisi ini, dikatakan Bob, mau tidak mau pada akhirnya turut berpengaruh terhadap standar kesejahteraan buruh secara keseluruhan.
Karenanya, Bob pun mendorong pemerintah agar ke depan dapat memberikan reskilling pada tenaga kerja yang telah bekerja sekian lama, sehingga berpeluang mendapatkan income yang lebih bagus.
"Jadi peningkatan kesejahteraan (pekerja) itu bukan dari peningkatan upah minimum, tapi dengan skill yang masih jalan di tempat. Bukan begitu. Peningkatan (kesejahteraan) itu ya dari reskilling, dan itu jelas butuh dana dari pemerintah," ujar Bob.
(taufan sukma)