Wiku pun mengimbau agar masyarakat mengendalikan diri terutama dalam hal mobilitas. Hal itu tak lain agar kapasitas memadai untuk menampung dengan baik.
"Baik untuk yang disupport pemerintah, maupun yang mandiri. Karena yang mandiri juga akan di hotel, dan jumlah hotelnya bisa terbatas juga kalau tidak dikendalikan," ujarnya.
Wiku membeberkan bahwa lonjakan kasus terjadi akibat tiga faktor mobilitas meningkat, protokol kesehatan yang tidak ketat, dan ketiga adanya varian baru. Oleh sebab itu perlu adanya pengetatan pada saat seperti ini.
"Jadi kalau kita ingin mencegah jangan sampai terjadi lonjakan kasus di nataru ini, yang jelas sekarang kita sudah punya varian baru di dunia, belum masuk Indonesia. Ancamannya untuk meledak itu potensinya ada. Maka dari itu kita harus ketat di masa-masa ini. Kita juga baru saja tahu ada omicron itu," tuturnya.
"Dan mobilitas yang masih dalam kendali kita, harus betul-betul dikendalikan oleh masyarakat, dan protokol kesehatan jangan pernah ditinggalkan. Kalau tiga-tiganya bisa dikendalikan, mungkin ini pertama kali kita bisa lulus ujian setelah event libur panjang tidak ada kenaikan kasus. Karena setiap kali kenaikan kasus itu adalah korban nuawa, kita nggak bisa mentoleransi korban nyawa," tutupnya.
Sebagai informasi, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bersama Prof Wiku meninjau fasilitas Rusun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara. Kemudian RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat sebagai bentuk antisipasi pemerintah menghadapi lonjakan kasus Covid-19 menjelang libur natal dan tahun baru 2022.
(SANDY)