Proyek ini juga berperan dalam mengubah Guyana, yang secara historis merupakan salah satu negara termiskin di Barat, menjadi ekonomi dengan pertumbuhan tercepat kedua di dunia, menurut data terbaru dari Dana Moneter Internasional yang diterbitkan pada April.
"Penggabungan dua perusahaan besar Amerika ini menyatukan yang terbaik di industri ini," ujar Chairman dan CEO Chevron, Mike Wirth, dalam pernyataan publik dari perusahaan tersebut.
“Kombinasi ini meningkatkan dan memperluas profil pertumbuhan kami hingga dekade berikutnya, yang kami yakini akan mendorong nilai jangka panjang yang lebih besar bagi para pemegang saham,” tambahnya.
Saat dihubungi untuk memberikan komentar, Hess merujuk pada pernyataan publik Chevron.
Adapun Exxon, yang saat ini mengoperasikan blok tersebut dan memegang 45 persen saham, telah bermitra dengan Hess dalam aktivitas eksplorasi di Guyana sejak 2014, ketika Hess membeli saham Shell (SHEL) dalam proyek tersebut. Exxon juga bermitra dengan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), yang memegang 25 persen saham.