Namun, dia menilai sektor usaha jasa konstruksi di Indonesia masih cukup bagus, meskipun pertumbuhannya masih single digit. Namun kondisi-kondisi seperti kurang matangnya perencanaan, hingga banyaknya penyedia jasa konstruksi, terlebih BUMN, menjadi pasarnya menjadi semakin sempit.
"Sehingga miss terus, cost overrun, over schedule, terus legalnya juga. Di tengah jalan ditutup, tengah jalan (proyek) di suspend," kata dia.
Febriany juga menyoroti, sistem tender proyek-proyek infrastruktur selama ini. Bahkan untuk satu proyek saja, sesama perusahaan negara akan saling berkompetisi. Menurunkan harga hingga menggerus margin kerap dilakukan agar mendapatkan sebuah pekerjaan.
"Banyak bisnis BUMN ini yang saling kanibal, contoh BUMN karya, 7 karya itu kalau tender, 7-7 nya berkompetisi, turunin harga, sampai tidak ada margin lagi juga tetap di turunin, yang penting dapat kerjaan. Hal seperti itu sangat tidak sehat, tidak sehat, make sense, kita saling bunuh di dalam," kata dia.
(NIA DEVIYANA)