"Kenapa pemerintah harus waspada? Kenaikan harga komoditas memang masih untungkan posisi Indonesia saat ini, ada PNBP dari sawit dan batubara yang naik. Tapi hati-hati efek ke inflasi dan belanja subsidi energi dalam negeri yang bisa merangkak naik," jelasnya.
Kemudian pemerintah juga menghadapi tekanan pembiayaan utang, artinya beban bunga masih jadi ancaman fiskal.
Seperti Oktober 2019 lalu, Bhima bilang, penerimaan pajak lebih besar dan pembiayaan utangnya Rp 384,5 triliun. Dibanding saat ini pajaknya lebih rendah dan utangnya bertambah Rp 608,2 triliun hampir naik dua kali lipat beban utang barunya.
"Tahun 2022, volatilitas nilai tukar dan kenaikan suku bunga akan membuat porsi pembayaran bunga utang terhadap penerimaan pajak makin lebar," tukasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengumumkan, posisi belanja negara hingga akhir November 2021 tercatat pada Rp 2.310,4 triliun atau 84% dari pagu, tumbuh 0,1% year-on-year (yoy).