Hal itulah yang menurut Bahlil bahwa Indonesia yang masih berstatus sebagai negara berkembang, membutuhkan pemimpin ke depan yang mampu mengambil kebijakan dan berdampak besar terhadap kesejahteraan masyarakat.
"Jadi hati-hati, kecerdasan seseorang tidak cukup modal menjadi presiden dan menteri, saya takut Indonesia memilh pemimpin yang hanya retorika. Kalau orang hanya tau baca buku, tidak punya pengalaman organisasi, pasti berbeda, memimpin negara, bukan hanya cuma baca buku, tapi butuh intuisi," kata Bahlil.
"Mau cari pemimpin yang pandai eksekusi atau padai pidato, silahkan memilih," pungkas dia. (NIA)