IDXChannel - Indonesia memiliki 65,4 juta jumlah UMKM dimana 61% diantaranya berkontribusi pada PDB yang memiliki nilai setara dengan 8,5 triliun rupiah.
UMKM mampu menyerap 97% tenaga kerja dan berkontribusi sebesar 15,6% pada ekspor UMKM non-migas. Namun hanya 28,7% dari UMKM tersebut yang memanfaatkan teknologi digital. Hal tersebut sangat berdampak pada UMKM ketika pandemi COVID-19 mengguncang perekonomian Indonesia.
Protokol kesehatan penanganan Pandemi COVID-19 mensyaratkan pembatasan interaksi fisik, sementara 71% UMKM masih masih belum memaksimalkan teknologi digital. Dengan demikian banyak sekali UMKM yang langsung merasakan penurunan margin keuntungan lebih dari 50%, sehingga langsung berdampak pula pada perekonomian Indonesia.
Hal ini yang menjadi landasan Astagatra Institute melaksanakan sebuah serial webinar, Astagatra Webinar Series, yang membahas bagaimana memaksimalkan upaya pemulihan ekonomi nasional.
Dalam pelaksanaan di webinarnya yang pertama, Astagatra Webinar Series mengangkat topik Driving MSME’s to Become Powerful Sector to Help Economic Growth yang membahas bagaimana peran, potensi, serta pemanfaatan UMKM pada perekonomian di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyebutkan, meskipun pandemi sudah melandai dan perekonomian nasional mulai bangkit namun Indonesia harus tetap waspada pada the perfect storm yang terdiri dari 5C.
“Berbagai risiko dan tantangan masih dihadapi oleh Indonesia, terkenal sebagai the perfect storm yang terdiri dari 5C yaitu COVID-19, conflict, climate change, commodity price, dan cost of living yang tentunya meningkat akibat inflasi. Dampak dari 5C serta tensi dari geopolitik dan perang di Ukraina tereskalasi menjadi faktor penyebab melambatnya pemulihan ekonomi global termasuk Indonesia,” ungkap Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Airlangga menambahkan dengan menurunnya pandemi COVID-19, kebijakan PEN akan lebih antisipatif dan responsif. Anggaran PEN terus didorong untuk melakukan stimulasi recovery dengan kegiatan yang lebih produktif. Salah satu pemanfaatan dana PEN adalah dengan mempertebal subsidi KUR agar dapat dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM.
“UMKM menjadi tulang punggung ekonomi pemerintah dalam pemulihan serta pengembangan ekonomi nasional. Maka dari itu, kondisi pandemi harus dijadikan kesempatan bagi UMKM untuk bertransformasi ke ekosistem digital agar pelaku UMKM lebih resilien,” ujar Dr. Yulis selaku staf ahli Kementerian Koperasi dan UKM yang hadir sebagai narasumber pada acara ini.
Hal ini sejalan dengan dukungan pemerintah yang tertuang dalam PP No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM dimana mengatur aspek kemudahan pendirian usaha, perizinan, fasilitas, akses pembiayaan, akses rantai pasok, hingga akses pasar.
Namun dalam paparannya, disebutkan pula bahwa rasio kewirausahaan Indonesia yang masih rendah yaitu sebesar 3,47%. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah UMKM namun bertransformasi dari informal ke formal, belum terhubung oleh ekosistem digital, berjumlah banyak namun tidak berdampak secara signifikan, serta mayoritas masih merupakan bagian dari ekonomi subsistensi. Hal ini menjadi PR bagi pemerintah Indonesia dan seluruh pelaku UMKM agar mampu membawa UMKM Indonesia memiliki daya saing yang tinggi sehingga berdampak lebih besar pada perekonomian Indonesia.
Menyambung paparan yang diberikan oleh Dr. Yulius, Sunil Tolani yang merupakan penggerak UMKM go digital di Indonesia juga memberikan gambaran bahwa teknologi digital sudah mendisrupsi sektor UMKM. Disebutkan pula bahwa UMKM di Indonesia harus dimaksimalkan dalam penggunaan teknologi digital. Namun sebelum melangkah, para pelaku UMKM harus yakin bahwa secara internal sudah siap untuk go digital.
Caranya adalah dengan mempertanyakan 4 area yang perlu dipertimbangkan antara lain: 1) Bagaimana kita dapat menyesuaikan struktur organisasi untuk menjadi lebih matang secara digital?; 2) Bagaimana kita dapat memastikan tata kelola dan investasi di seluruh perusahaan?; 3) Apa keterampilan, kompetensi, dan peran yang dibutuhkan untuk model bisnis digita?; dan 4) Pergeseran budaya apa yang diperlukan untuk membangun keunggulan mendasar atas pesaing digital?
Dr. Pinpin Bhaktiar menyempurnakan pembahasan mengenai bagaimana cara untuk memaksimalkan UMKM di Indonesia. Menurut Dr. Pinpin, salah faktor rendahnya rasio kewirausahaan Indonesia adalah pelaku UMKM yang belum menerapkan konsep-konsep kewirausahaan dengan baik. “Seorang pelaku UMKM belum dapat didefinisikan sebagai entrepreneur apabila belum menerapkan konsep-konsep entrepreneur. Lalu bagaimana seseorang dapat dikatakan sebagai entrepreneur? Seorang entrepreneur adalah seseorang yang selalu dinamis, terus bergerak dan bertumbuh,” ungkap Dr. Pinpin Bhaktiar.
Dengan terus bergerak dan bertumbuh, seorang entrepreneur akan memperlihatkan perilaku yang inovatif, berani mengambil risiko, dan kompetituf. Selain itu, seorang entrepreneur juga mampu mendefinisikan arah bisnisnya dengan jelas melalui model bisnis inovatif dan strategi kewirausahaan yang baik hingga mampu memasuki dunia industrialisasi yang lebih besar.
(SAN)