sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ekonomi China Diprediksi Melambat Jadi 7,7 Persen di Kuartal II-2021

Economics editor Shifa Nurhaliza
07/07/2021 08:13 WIB
Ekonomi China diperkirakan tumbuh sebesar 7,7% pada kuartal II-2021.
Ekonomi China diperkirakan tumbuh sebesar 7,7% pada kuartal II-2021. (Foto: MNC Media)
Ekonomi China diperkirakan tumbuh sebesar 7,7% pada kuartal II-2021. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ekonomi China diperkirakan tumbuh sebesar 7,7% pada kuartal II-2021, didorong oleh ekspor yang kuat. Meskipun perkiraan itu lebih rendah dari 18,3% yang tercatat pada periode Januari-Maret (yang sebagian didorong oleh basis perbandingan tahun lalu yang rendah), para ekonom umumnya percaya bahwa momentum pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan terus berlanjut.

Mengutip Nikkei Asia, Rabu (7/7/2021), perkiraan pertumbuhan untuk kuartal kedua berkisar antara 6% hingga 10,5%. Rata-rata, para ekonom memperkirakan pertumbuhan 1,4% setiap kuartal, lebih tinggi dari pertumbuhan 0,6% pada kuartal sebelumnya. Perkiraan pertumbuhan setahun penuh rata-rata adalah 8,6% untuk 2021, 5,5% untuk 2022, dan 5,2% untuk 2023.

Kepala Ekonom, Xu Sitao di Deloitte China yang memperkirakan pertumbuhan 7% untuk kuartal II-2021, mengatakan ekspor akan tetap menjadi pendorong pertumbuhan terbesar. Meskipun konsumsi masih lambat, ia yakin akan meningkat seiring dengan kemajuan program vaksinasi China.

"Seiring dengan tingkat vaksinasi China yang terus meningkat, pemerintah akan mempercepat normalisasi kegiatan ekonomi, yang mengarah pada kembalinya kepercayaan konsumen dan mendorong bisnis untuk berinvestasi," katanya.

Kemudian, Kepala Ekonom di JD Technology, Shen Jianguang melihat pertumbuhan 7,6% pada akan terjadi di kuartal II-2021. Ia mengatakan angka di bulan Mei jauh dari ekspektasi yang menunjukkan bahwa fondasi pemulihan ekonomi tidak cukup kuat.

"Ekspor dan investasi properti masih menjadi penopang utama perekonomian, sementara pemulihan konsumsi dan investasi manufaktur masih lamban. Pemulihan permintaan eksternal jelas lebih cepat daripada permintaan internal," paparnya.

Tak hanya itu, Ekonom Senior Euler Hermes untuk Asia-Pasifik Francoise Huang mengatakan wabah Covid-19 yang baru dapat terus membebani kepercayaan rumah tangga. Huang mengharapkan pertumbuhan 7,3% pada kuartal kedua.

"Pemulihan ekonomi domestik pasca Covid-19 belum selesai. Konsumsi swasta perlu pulih untuk mencapai pemulihan berbasis luas sepenuhnya,” pungkasnya.

Dengan perkiraan setahun penuh sebesar 9%, Ekonom Senior di ABN Amro Bank, Arjen van Dijkhuizen percaya konsumsi akan terus meningkat selama tahun ini karena tingkat vaksinasi China meningkat. Tetapi Ekonom Senior Asia, Aidan Yao yang baru muncul di AXA Investment Managers memperingatkan bahwa momentum pertumbuhan China "hampir mencapai puncaknya" pada kuartal tersebut.

"Pertumbuhan ekonomi akan mulai melemah pada paruh kedua tahun ini, karena meningkatnya hambatan baik eksternal maupun internal, termasuk permintaan ekspor China yang melambat dan dorongan kredit yang memburuk," kata Yao.

Sebagian besar ekonom mengutip penundaan vaksinasi dan wabah dan varian Covid-19 baru sebagai risiko utama bagi China tahun ini, diikuti oleh kepercayaan konsumen yang lemah, ketegangan perdagangan, dan sanksi perusahaan.

Namun, Iris Pang, Kepala Ekonom untuk China Raya di ING Bank, paling mengkhawatirkan ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. "Risiko nomor satu adalah perang teknologi yang diberlakukan oleh AS dan sekutunya, yang memengaruhi keuntungan dan kelangsungan hidup perusahaan China," ungkapnya.

Tetsuji Sano, Kepala Ekonom Asia di Sumitomo Mitsui DS Asset Management, juga menempatkan ketegangan AS-China sebagai risiko utama, terutama karena pemerintahan Presiden Joe Biden mengecam keras China atas perlakuannya terhadap Muslim Uyghur. Dia mengatakan ada lebih banyak ruang untuk negosiasi dalam pemerintahan sebelumnya di bawah Donald Trump.

“Jika konflik karena perbedaan ideologi muncul di awal pembicaraan, kedua negara akan terus berjalan di jalur paralel dan tidak mungkin mencapai kesepakatan konkrit,” kata Sano.

Kenny Wen, ahli strategi manajemen kekayaan di Everbright Sun Hung Kai, juga khawatir bahwa pemerintah AS akan menekan China lagi karena ekonominya pulih.

"Kami memperkirakan bahwa ketegangan AS-China dapat meningkat pada paruh kedua tahun ini, yang akan mempengaruhi beberapa perusahaan dan sentimen investasi secara keseluruhan," tandasnya. (TIA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement