“Bayangkan dengan tingkat pengangguran yang sangat tinggi ini, masyarakat tidak akan mampu mengamankan pangan untuk dirinya sendiri dan keluarganya,” kata Jaradat.
“Hal ini juga berdampak pada kesehatan mereka. Sekalipun mereka mempunyai uang, tidak ada rumah sakit yang dapat merawat mereka," lanjutnya.
Dalam hal perekonomian, produk domestik bruto (PDB) riil telah mengalami kontraksi hampir 33% di wilayah Palestina sejak dimulainya perang, dengan perkiraan kontraksi sebesar 83,5% di Jalur Gaza dan sebesar 22,7% di Tepi Barat.
“Di wilayah pendudukan Palestina dan khususnya di Tepi Barat, penurunan pendapatan telah mendorong banyak keluarga ke dalam kemiskinan parah,” kata Jaradat. (WHY)