sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ekonomi Hancur, Tingkat Pengangguran di Gaza Tembus 79 Persen

Economics editor Wahyu Dwi Anggoro
07/06/2024 17:33 WIB
Tingkat pengangguran di Jalur Gaza telah mencapai 79% sejak operasi militer Israel dimulai pada Oktober 2023, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ekonomi Hancur, Tingkat Pengangguran di Gaza Tembus 79 Persen. (Foto: MNC Media)
Ekonomi Hancur, Tingkat Pengangguran di Gaza Tembus 79 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Tingkat pengangguran di Jalur Gaza telah mencapai 79% sejak operasi militer Israel dimulai pada Oktober 2023, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Organisasi Buruh Internasional (ILO), badan PBB yang menangani ketenagakerjaan, mengungkapkan tingkat pengangguran di seluruh wilayah Palestina yang mencakup Jalur Gaza dan Tepi Barat menembus 50%.

“Angka ini tidak termasuk warga Palestina yang sudah menyerah dalam mencari pekerjaan,” kata Ruba Jaradat, Direktur Regional ILO untuk Negara-negara Arab, dilansir dari Reuters pada Jumat (7/6/2024).

“Jadi situasinya jauh lebih buruk," lanjutnya.

Israel memulai operasi militer di Jalur Gaza setelah Hamas menyerang wilayahnya pada 7 Oktober lalu. Aksi Israel telah menewaskan lebih dari 36 ribu warga Palestina d Jalur Gaza.

Jutaan warga lainnya menghadapi krisis kemanusiaan, termasuk kekurangan pangan dan masalah kesehatan. Sebelumnya, PBB memperingatkan proses rekonstruksi Jalur Gaza akan membutuhkan waktu puluhan tahun.

“Bayangkan dengan tingkat pengangguran yang sangat tinggi ini, masyarakat tidak akan mampu mengamankan pangan untuk dirinya sendiri dan keluarganya,” kata Jaradat.

“Hal ini juga berdampak pada kesehatan mereka. Sekalipun mereka mempunyai uang, tidak ada rumah sakit yang dapat merawat mereka," lanjutnya.

Dalam hal perekonomian, produk domestik bruto (PDB) riil telah mengalami kontraksi hampir 33% di wilayah Palestina sejak dimulainya perang, dengan perkiraan kontraksi sebesar 83,5% di Jalur Gaza dan sebesar 22,7% di Tepi Barat.

“Di wilayah pendudukan Palestina dan khususnya di Tepi Barat, penurunan pendapatan telah mendorong banyak keluarga ke dalam kemiskinan parah,” kata Jaradat. (WHY)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement