Konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari separuh PDB, meningkat 1,0 persen, setelah mengalami penurunan selama empat kuartal berturut-turut, menyamai penurunan beruntun yang terjadi setelah Krisis Keuangan Global 2008. Peningkatan ini mencerminkan tingginya permintaan terhadap mobil dan pakaian serta semakin banyaknya orang yang makan di luar.
Belanja modal naik 0,9 persen, menandai kenaikan pertama dalam dua kuartal. Perusahaan-perusahaan Jepang tetap proaktif dalam meningkatkan investasi guna meningkatkan output dan mengatasi kekurangan tenaga kerja akut dengan penggunaan otomatisasi.
Sementara itu, PDB nominal meningkat 1,8 persen, atau sebesar 7,4 persen secara tahunan.
Secara nominal, PDB Jepang mencapai JPY600 triliun atau lebih dari Rp60 ribu triliun untuk pertama kalinya, di tengah tekanan inflasi yang disebabkan oleh melemahnya mata uang yen.
Secara nominal, Jepang kehilangan statusnya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia pada tahun fiskal 2023, sebagian disebabkan oleh menurunnya daya saing Negara Sakura tersebut secara global. (Wahyu Dwi Anggoro)