IDXChannel - Perekonomian Jepang tumbuh 3,1 persen secara tahunan yang disesuaikan dengan inflasi pada April-Juni 2024, rebound dari kontraksi tajam di kuartal sebelumnya.
Dilansir dari Kyodo pada Kamis (15/8/2024), pertumbuhan ini didorong pemulihan konsumsi swasta dan belanja modal, serta seiring dengan meredanya dampak negatif dari skandal data keselamatan di sektor otomotif.
Produk domestik bruto (PDB) riil tumbuh untuk pertama kalinya tahun ini. PDB riil naik 0,8 persen dari kuartal sebelumnya.
Meredanya dampak skandal otomotif mendukung permintaan domestik – konsumsi swasta dan investasi modal – dan ekspor dalam data PDB.
Namun, kenaikan harga barang-barang kebutuhan sehari-hari masih sangat membebani konsumen, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah permintaan dalam negeri dapat tetap kuat.
Konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari separuh PDB, meningkat 1,0 persen, setelah mengalami penurunan selama empat kuartal berturut-turut, menyamai penurunan beruntun yang terjadi setelah Krisis Keuangan Global 2008. Peningkatan ini mencerminkan tingginya permintaan terhadap mobil dan pakaian serta semakin banyaknya orang yang makan di luar.
Belanja modal naik 0,9 persen, menandai kenaikan pertama dalam dua kuartal. Perusahaan-perusahaan Jepang tetap proaktif dalam meningkatkan investasi guna meningkatkan output dan mengatasi kekurangan tenaga kerja akut dengan penggunaan otomatisasi.
Sementara itu, PDB nominal meningkat 1,8 persen, atau sebesar 7,4 persen secara tahunan.
Secara nominal, PDB Jepang mencapai JPY600 triliun atau lebih dari Rp60 ribu triliun untuk pertama kalinya, di tengah tekanan inflasi yang disebabkan oleh melemahnya mata uang yen.
Secara nominal, Jepang kehilangan statusnya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia pada tahun fiskal 2023, sebagian disebabkan oleh menurunnya daya saing Negara Sakura tersebut secara global. (Wahyu Dwi Anggoro)