IDXChannel - Krisis politik yang terjadi di Myanmar membuat ekonomi di negara tersebut terpuruk. Bank dan pabrik di negara tersebut bahkan dilaporkan tutup.
Dikutip dari WSJ, Cabang bank di Myanmar ditutup dan pegawai pemerintah memboikot pekerjaan. Pekerja pabrik telah melarikan diri ke rumah pedesaan mereka dan perusahaan asing telah menerbangkan karyawan luar negeri mereka. Internet sebagian besar terputus.
Keuruntuhan ekonomi Myanmar terjadi setelah militer merebut kekuasaan dalam kudeta dan melancarkan kampanye mematikan untuk menekan protes. Bank Dunia bahkan memprediksi negara tersebut akan mengalami kontraksi ekonomi sebesar 10 persen.
Pergolakan ini menghapus keuntungan besar yang telah dicapai negara itu dalam mengurangi kemiskinan selama satu dekade terakhir. Investor bisnis dan turis asing pun kabur akibat adanya krisis tersebut.
Selama setengah abad dipimpin oleh militer, enam juta orang Myanmar hidup dengan kurang dari USD3,20 sehari, ambang kemiskinan bagi negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah seperti Myanmar. Seperempat dari anak-anak bangsa terlalu kecil untuk usia mereka karena gizi yang tidak memadai. Gambaran tersebut mulai terus berubah selama dekade terakhir karena pembukaan demokrasi membawa sebagian pemerintah sipil ke tampuk kekuasaan dan lebih banyak investasi internasional mengalir masuk. Menurut data Bank Dunia, kemiskinan menurun menjadi 24,8% pada 2017 dari 42,2% pada 2010.