Data kuartal I, II, dan III 2025 menunjukkan investasi asing mengalami kontraksi minus 1 persen, sementara investasi domestik tumbuh 30 persen.
"Meski outlook melambat, Indonesia tetap berpeluang mencatat pertumbuhan lebih tinggi jika pemerintah mempercepat agenda industrialisasi," kata Faisal.
Sementara itu, Ekonom Senior Hendri Saparini menilai arah tersebut penting untuk keluar dari jebakan stagnasi pertumbuhan yang telah terjadi bertahun-tahun.
“PR kita adalah, bahwa Indonesia tumbuh terlalu rendah dalam jangka lama, dan bahkan pertumbuhannya itu cenderung melambat,” ujar Hendri.
Hendri mencontohkan negara-negara yang berhasil melakukan lompatan ekonomi memiliki basis manufaktur yang kuat.
“Kalau kita lihat lesson-learned dari banyak negara, ternyata negara yang bisa melakukan lompatan ekonomi seperti Korea Selatan mereka bisa menjaga share industri manufaktur terhadap PDB di level yang sangat tinggi,” kata Hendri.
Direktur Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi pun menekankan pentingnya stabilitas politik dan keamanan untuk menciptakan lompatan ekonomi yang berkelanjutan.
“Idealnya pemerintah Indonesia mengikuti pendekatan diplomasi yang seimbang. Menjaga hubungan baik untuk semua kekuatan besar, tanpa terjebak dalam blok tertentu,” katanya.
(Dhera Arizona)