"Indonesia tidak bisa terus bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan energinya. Eksplorasi migas yang masif harus menjadi prioritas jika kita ingin menjaga kemandirian energy," ujar Sunjaya.
Selain tantangan kebutuhan yang meningkat, penurunan produksi domestik juga menjadi masalah utama. Banyak lapangan migas yang sudah mendekati akhir masa produksinya, yang semakin mempersempit ruang gerak Indonesia dalam menjaga pasokan migas domestik.
Untuk menjawab tantangan ini, menurut Sunjaya, SKK Migas telah menyusun berbagai strategi untuk mempercepat eksplorasi migas di Indonesia. Salah satu strategi utama adalah Infrastructure Led Exploration (ILX), yang memanfaatkan infrastruktur migas yang sudah ada untuk mendukung eksplorasi di wilayah sekitar.
Strategi ini terbukti lebih efisien dan dapat mengurangi biaya eksplorasi sekaligus mempercepat waktu menuju produksi.
Menurut Sunjaya, ILX memberikan keuntungan besar karena bisa memanfaatkan aset yang sudah ada, sehingga eksplorasi di wilayah sekitar dapat dilakukan dengan lebih cepat dan biaya yang lebih rendah.
Selain ILX, SKK Migas juga berfokus pada akselerasi eksplorasi di wilayah frontier, cekungan-cekungan baru yang belum banyak tersentuh. Indonesia memiliki 128 cekungan migas, namun baru 20 yang sudah berproduksi.
Dengan percepatan eksplorasi, Indonesia memiliki peluang besar untuk menemukan cadangan migas baru yang signifikan.