“Kami lagi memohon pertimbangan, karena jangan sampai ketergantungannya terlalu maksimal. Kalau tiba-tiba dari pihak Amerika ada kendala seperti bencana alam atau gangguan rantai pasok, kita bisa kesulitan," ujar dia.
Sementara untuk crude oil alias minyak mentah, Indonesia baru mengimpor sekitar empat persen dari AS. Erick mengatakan, ada potensi untuk menggenjot angka tersebut, tetapi tetap harus mempertimbangkan keseimbangan dalam transaksi perdagangan.
“Apakah nanti crude oil ini bisa naikkan jumlahnya dari empat persen ke 25 atau 30 persen, ini masih dalam tahap penjajakan. Yang jelas, kita jaga agar tidak terlalu didominasi oleh satu negara," katanya.
Erick menyampaikan, AS juga berharap ada peningkatan pembelian produk-produk buatan mereka oleh Indonesia. Kementerian BUMN saat ini tengah memetakan seberapa besar penggunaan produk AS di dalam ekosistem BUMN.