sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Erick Thohir Bocorkan Permintaan AS ke RI saat Negosiasi Tarif Resiprokal

Economics editor Suparjo Ramalan
20/05/2025 19:35 WIB
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membeberkan permintaan otoritas Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia.
Erick Thohir Bocorkan Permintaan AS ke RI saat Negosiasi Tarif Resiprokal. (Foto iNews Media Group)
Erick Thohir Bocorkan Permintaan AS ke RI saat Negosiasi Tarif Resiprokal. (Foto iNews Media Group)

IDXChannel - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membeberkan permintaan otoritas Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia, ketika kedua pihak melakukan negosiasi perihal tarif resiprokal atau tarif timbal balik produk-produk asal Tanah Air.

Salah satu permintaan AS ke Indonesia adalah perlakuan yang sama untuk investor asing, terutama di sektor mineral. 

"Dalam pertemuan tersebut, delegasi Amerika Serikat meminta perlakuan yang sama untuk investor asing, terutama di sektor mineral. Tapi mereka ternyata juga perlu investasi (Indonesia) di AS," ujar Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (20/5/2025).

Kementerian BUMN masuk dalam tim pendukung atau working group 3 negosiasi perdagangan antara Indonesia dan AS.

Dari upaya diplomasi yang dilakukan beberapa waktu lalu, Erick menyebut Paman Sam tengah mendorong peningkatan investasi untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi rakyatnya.

Target tersebut, kata dia, ditempuh dengan melakukan roadshow ke berbagai negara, seperti Arab Saudi dengan tujuan menarik investasi asing.

"Kita melihat ada beberapa opportunity. Kalau itu bisa mendukung supaya kita bisa mendapatkan sumber untuk minyak, tentu ini akan kita pertimbangkan," ujarnya.

Dia juga mencatat Indonesia mendorong peningkatan produksi minyak dalam negeri, namun tetap membuka peluang investasi di luar negeri, termasuk di AS. Terkait kerja sama energi, saat ini 57 persen kebutuhan LPG Indonesia berasal dari AS. 

“Kami lagi memohon pertimbangan, karena jangan sampai ketergantungannya terlalu maksimal. Kalau tiba-tiba dari pihak Amerika ada kendala seperti bencana alam atau gangguan rantai pasok, kita bisa kesulitan," ujar dia.

Sementara untuk crude oil alias minyak mentah, Indonesia baru mengimpor sekitar empat persen dari AS. Erick mengatakan, ada potensi untuk menggenjot angka tersebut, tetapi tetap harus mempertimbangkan keseimbangan dalam transaksi perdagangan.

“Apakah nanti crude oil ini bisa naikkan jumlahnya dari empat persen ke 25 atau 30 persen, ini masih dalam tahap penjajakan. Yang jelas, kita jaga agar tidak terlalu didominasi oleh satu negara," katanya.

Erick menyampaikan, AS juga berharap ada peningkatan pembelian produk-produk buatan mereka oleh Indonesia. Kementerian BUMN saat ini tengah memetakan seberapa besar penggunaan produk AS di dalam ekosistem BUMN.

"Kita sedang mendata dan kalau kita lihat tentu nilainya cukup signifikan, terutama dari hal-hal seperti software dan produk lainnya yang masih dipakai sampai saat ini," kata dia. 

Menurutnya, kekhawatiran AS terletak pada potensi pergeseran penggunaan produk mereka akibat meningkatnya daya saing negara lain. Hal ini menjadi bahan evaluasi yang sedang dilakukan Kementerian BUMN dalam menjaga keseimbangan kerja sama bilateral.

"Nah ketakutan mereka memang ada, apakah sekarang dengan nilai kompetitif dari negara-negara lain, kita mulai beralih (dari AS), nah ini yang kita sedang petakan," kata Erick.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement