"Kita bisa melihat target di tahun 2022 ini, yang tadinya Rp36,4 triliun tentu berkat kerja sama kita semua, tentu saya ucapkan terima kasih kepada Direksi dan Komisaris juga, itu kita bisa memberikan dividen Rp40 triliun yang kalah sedikit dari tahun 2020," kata dia.
Sejak 2021 lalu, total dividen yang diberikan BUMN ke negara hanya mencapai Rp29,5 triliun. Nilai ini menurun drastis lantaran 90 persen BUMN terkontraksi kinerjanya akibat pandemi.
Tercatat, pada 2019 perusahaan membagikan dividen sebesar Rp50 triliun. Namun turun menjadi Rp44 triliun pada 2020. Jumlahnya terus merosot sampai ke Rp29,5 triliun di 2021. Erick menilai pandemi menjadi momen yang sangat memberatkan perusahaan.
"Dividen ini cukup berat di awal kalau kita lihat ketika tahun 2019 hampir Rp50 triliun lalu di 2020 itu Rp44 triliun, lalu 2021 yang awalnya kita yakini bisa Rp40 triliun waktu itu, saya ingat saya memohon maaf karena ada Covid akhirnya kita hanya bisa turun menjadi Rp29,5 triliun," kata dia.
Di lain sisi, Kementerian BUMN berhasil menekan utang dan modal BUMN hingga ke 35 persen dari sebelumnya yang bercokol di angka 39 persen. Erick mengatakan, perbaikan kinerja juga mendorong pertumbuhan valuasi BUMN.
"Kita lihat sekarang perusahaan-perusahaan BUMN, empat BUMN saja, Telkom, Mandiri, BNI, BRI, sekarang sudah mencapai valuasi Rp 1.600 triliun secara aset. Mereka juga dividennya terus naik," katanya. (FRI)