Peter menjelaskan, penggunaan ammonia hijau di atas 20% pada pembangkit listrik, dimungkinkan karena Jawa 9 & 10 adalah pioneer dalam penerapan teknologi Selective Catalytic Reduction (SCR) satu-satunya di Indonesia, yang berfungsi mengonversi emisi pembakaran batu bara ataupun ammonia berupa nitrogen oksida menjadi air dan nitrogen murni.
“Studi ini diharapkan akan semakin mengukuhkan posisi pembangkit Jawa 9 & 10 sebagai pembangkit USC-SCR yang ramah lingkungan, dan siap menjadi pembangkit yang berbahan bakar energi bersih dalam program transisi energi bersih,” kata Peter.
Sebagai informasi, Star Energy Geothermal dan Indo Raya Tenaga merupakan anak usaha Barito Pacific yang berfokus di sektor energi. Star Energy Geothermal merupakan produsen geothermal dengan total kapasitas 875 megawatt.
Sementara, Indo Raya Tenaga merupakan pemilik pembangkit USC Jawa 9 & 10 yang berkapasitas 2 x 1000 megawatt. Jawa 9 & 10 adalah satu-satunya pembangkit listrik di Indonesia yang menggunakan teknologi pengontrol emisi paling lengkap dengan adanya SCR, Flue Gas Desulfurization, Electro-Static Precipitator, dan Low Nox burner.
(FAY)