Kondisi ini disebut Azmal menempatkan para pengusaha sawit menjadi serba dilematis. Di satu pilihan masa panen diperlama sehingga membuat harga turun. Namun bila harus mempertahankan kualitas dengan tetap melakukan panen tiap delapan hari sekali, maka tangki yang mereka miliki tidak lagi bisa menampung limpahan CPO yang dihasilkan.
"Kalau sudah betul-betul tidak muat, tentu kami harus hentikan produksi sampai menunggu stok di tangki terjual dulu. Dengan produksi berhenti otomatis karyawan tidak bekerja. Tapi gaji harus tetap kami bayar karena bukan keinginan mereka berhenti (bekerja), melainkan karena kerjaannya kami yang stop," ungkap Azmal.
Dengan kondisi yang terjadi ini, Azmal berharap pemerintah dapat segera mencarikan jalan keluar agar aktivitas ekspor dapat kembali berjalan dengan lancar. Dengan begitu, seluruh ekosistem sawit nasional dapat kembali bekerja dan berpenghasilan seperti sedia kala. (TSA)