sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

‘Gasastrophe’ Eropa Makin Parah, Industri Hingga Warga Menjerit

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
28/09/2022 11:40 WIB
Ledakan pipa gas Nord Stream di Laut Baltik semakin memperparah konflik hingga krisis energi di Eropa. Industri menjerit, warga terancam kedinginan
‘Gasastrophe’ Eropa Makin Parah, Industri Hingga Warga Menjerit. (Foto: MNC Media)
‘Gasastrophe’ Eropa Makin Parah, Industri Hingga Warga Menjerit. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Krisis di benua biru Eropa akibat perang Rusia-Ukraina dan terhambatnya pasokan energi kian mengkhawatirkan. Saluran pipa gas utama dari Rusia menuju negara Eropa lainnya, Nord Stream 1, mengalami kebocoran pada Selasa, (27/09).

Ledakan pipa yang diklaim Jerman, Denmark dan Swedia sebagai serangan ini telah menyebabkan kebocoran besar di Laut Baltik di mana dua pipa gas Rusia terpasang untuk mengalirkan pasokan energi.

“Tidak jelas apa yang menyebabkan ledakan tetapi itu adalah hasil dari "tindakan yang disengaja", kata perdana menteri Denmark, Mette Frederiksen, mengutip Euronews.

Mengutip BBC, pipa Nord Stream 1 membentang sepanjang 1.200 km di bawah Laut Baltik dari pantai Rusia dekat St Petersburg ke timur laut Jerman. Dibuka pada 2011, pipa ini dapat mengirim hingga maksimum 170 m kubik meter (m3) gas per hari dari Rusia ke Jerman. Untuk menghasilkan listrik 1 kWh, dibutuhkan 0,0947 m3 atau 94,7 liter gas alam dengan efisiensi pembakaran 100%.

Letak Pipa Gas Nord Stream

Sumber: Reuters

Jaringan pipa Nord Stream telah menjadi titik nyala dalam konflik energi yang meningkat antara Eropa dan Moskow. Kondisi ini semakin memperburuk ekonomi utama Barat, membuat harga gas melonjak dan memicu perburuan pasokan alternatif.

Gazprom, perusahaan gas negara milik Rusia, memutuskan menutup pipa utama yang mengalir melalui Belarus dan Polandia dan mengirimkan gas ke Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Pada Juni lalu, Gazprom memotong pengiriman gas melalui Nord Stream 1 sebesar 75% dari 170m3 meter kubik gas per hari menjadi hanya sekitar 40m3 meter kubik saja.

Gasastrophe, Warga Eropa Terancam Kedinginan

Ketergantungan Eropa terhadap gas alam dari Rusia memang cukup besar. Ketika Rusia mengumumkan untuk membatasi pasokan pada bulan Juli, dalam sehari telah mendorong naiknya harga gas di Eropa hingga 10%.

Impor Gas Alam Uni Eropa, Rusia Terbesar

Sumber: Uni Eropa

Mengutip Time, Jika Rusia menghentikan pasokan gas, bukan hanya akan berdampak buruk bagi Eropa, namun juga konsekuensi ekonomi global bisa sangat besar. IMF mengestimasi pada pertengahan Juli, pemotongan penuh gas alam dari Rusia dapat menurunkan PDB negara Hungaria, Slovakia, dan Republik Ceko hingga 6%.

Pertumbuhan ekonomi global akan turun 2,6% pada tahun 2022 dan 2% lagi pada tahun 2023. Pada level masyarakat Eropa, banyak yang akan kehilangan pemanas hingga makanan. The Economist menggambarkan kondisi ini sebagai “winter of discontent” karena adanya “gasastrophe” (atawa katastrofe akibat kekurangan pasokan gas).

Menurut pakar energi Llewellyn King, akhir tahun ini bagi Eropa kemungkinan akan menjadi musim dingin terburuk sejak akhir Perang Dunia II, dari tahun 1944 hingga 1945.

Industri Menjerit

Pelaku industri Eropa juga ikut tercekik dengan adanya drama yang dimulai oleh Rusia ini. Banyak industri yang harus menahan beroperasi karena mahalnya harga gas alam yang menjadi bahan baku dan energi dalam produksi beberapa komoditas penting.

Industri-industri Eropa mulai memangkas penggunaan gas alam mereka ketika harga gas makin tak masuk akal. Pabrik-pabrik mulai memperlambat produksi untuk mengamankan musim dingin.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement