sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

‘Gasastrophe’ Eropa Makin Parah, Industri Hingga Warga Menjerit

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
28/09/2022 11:40 WIB
Ledakan pipa gas Nord Stream di Laut Baltik semakin memperparah konflik hingga krisis energi di Eropa. Industri menjerit, warga terancam kedinginan
‘Gasastrophe’ Eropa Makin Parah, Industri Hingga Warga Menjerit. (Foto: MNC Media)
‘Gasastrophe’ Eropa Makin Parah, Industri Hingga Warga Menjerit. (Foto: MNC Media)

“Sudah ada penurunan permintaan gas 15-20% di Eropa karena harga yang tinggi, dan negara-negara bersiap untuk mengurangi permintaan lebih lanjut,” kata Marco Saalfrank, kepala perdagangan Eropa di Axpo Solutions AG.

Sementara itu, menurut Citigroup Inc, sebuah perusahaan bank investasi dan jasa keuangan asal Amerika, di Inggris saja, penggunaan gas industri telah turun sekitar 49% hingga Mei 2022.

Permintaan Gas Inggris Berdasarkan Sektor (YoY, Januari-Mei 2022)

Sumber: Bloomberg

Baru-baru ini, kepala Mercedes-Benz, Ola Källenius, mengumumkan bahwa perusahaannya sedang bersiap untuk mengurangi konsumsi gas alam di Jerman sebanyak 50%.

Meski demikian, permintaan gas di industri otomotif Jerman relatif rendah.

Tetapi situasi untuk industri kimia, baja, kaca dan kertas, hingga aluminium tidak sesederhana itu. Ketidakpastian seputar pasokan gas membuat sektor padat energi bersiap menghadapi situasi ekstrem. Terlebih, alumunium adalah konsumen gas industri terbesar di Jerman.

"Perusahaan sedang mempersiapkan skenario terburuk dengan menyusun rencana darurat," Hinrich Mählmann, presiden Asosiasi Aluminium Jerman, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada awal Juli.

“Masalah utamanya, jika keadaan menjadi lebih buruk, di beberapa titik pabrik harus ditutup sepenuhnya,” katanya mengutiP DW (08/22).

Industri aluminium di Jerman terdiri dari sekitar 240 perusahaan dengan lebih dari 60.000 karyawan dan penjualan tahunan di bawah €22 miliar (setara USD 22,5 miliar).

Industri bahan kimia hingga baja di Eropa telah memperingatkan kemungkinan menutup pabrik dan mengurangi produksi karena biaya energi yang lebih tinggi. Kondisi tersebut dapat membantu kawasan tersebut memasok lebih banyak gas untuk rumah tangga dalam rangka persiapan musim dingin mendatang.

Para warga Eropa masih bisa mendapatkan penghangat dan lampu tetap menyala jika perdagangan energi dengan Rusia kian memburuk.

Akses ke gas sangat penting bagi berbagai industri ini, terutama pada proses produksinya. Mählmann menekankan, Gas tidak dapat diganti dengan mudah dan cepat.

Pembuat bir Jerman juga bersiap untuk skenario terburuk.

"Jika gas Rusia gagal tiba, kami akan menghadapi masalah besar. Tidak ada gas, ya tidak ada bir " kata Michael Huber, kepala pabrik bir swasta Veltins di wilayah Sauerland Jerman, dalam wawancara dengan harian Jerman Handelsblatt.

"Brewhouses membutuhkan banyak energi dan sebagian besar dioperasikan dengan gas," kata Huber.

"Industri kaca, misalnya, tidak bisa beroperasi tanpa gas. Perusahaan bir membutuhkan sekitar 50 juta botol baru setiap tahun. Seluruh industri membutuhkan sekitar 900 juta botol bir baru."

Bisa dibilang, perang Rusia-Ukraina ini menjadi krisis terburuk abad 21, bahkan melebihi krisis pandemi Covid-19. Kehabisan energi ternyata lebih memukul secara ekonomi dibandingkan penyebaran virus Corona dalam dua tahun ke belakang.

Jika pabrik berhenti beroperasi, maka dapat dipastikan produksi tidak akan berjalan. Hal ini akan berdampak para pengurangan tenaga kerja, hingga pengurangan produk domsetik bruto (PDB) Eropa, bahkan dunia.

Mengingat Eropa masih menyumbang beberapa komoditas penting di pasar dunia. The winter is really coming. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement