Prediksi formula ini dilakukan dengan menginputkan data tanaman atau senyawa untuk mengetahui target penyakitnya. Atau dengan menginputkan penyakit tertentu untuk mengetahui tanaman atau senyawa yang berpotensi menyembuhkan penyakit tersebut.
“Namun kandidat formula ini harus tetap diuji secara pra klinis maupun klinis, sesuai prosedur dari BPOM,” katanya melalui siaran pers, Rabu (7/7).
Di awal pandemi, prinsip dalam IJAH Analytics telah digunakan untuk melakukan penapisan (screening) tanaman yang berpotensi sebagai antivirus COVID-19. Antara lain jambu biji merah, kelor dan jeruk.
Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil pemodelan farmakopor yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dari pemodelan ini, senyawa-senyawa flavonoid yang diperoleh adalah hesperidin dan quercetin yang divalidasi dengan metode molecular docking terhadap protein 3CLPro dengan lopinavir sebagai kontrolnya. Saat ini penelitian tersebut sedang dilakukan uji pra klinis.
Menurutnya, harus ada upaya kolaborasi antar peneliti sehingga basis data IJAH ini semakin lengkap dengan diperkaya oleh informasi tanaman lokal dan senyawa dari para peneliti di Indonesia.